Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2018

Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pengaturan Pembelajaran

Strategi Kepala Madrasah d alam Meningkatkan Mutu Pendidikan Pengertian mengenai mutu pendidikan mengandung makna yang berlainan. Namun, perlu ada suatu pengertian yang operasional sebagi suatu pedoman dalam pengelolaan pendidikan untuk hingga pada pengertian mutu pendidikan, dari banyaknya pengertian mutu yang kita temuai dibuku-dibuku sanggup disimpulkan bahwa mutu tersebut tidak hanya barang saja yang sanggup diukur, tetapi mutu juga bermakna abstrat. K ita lihat terlebih dahulu pengertian mutu pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2008:990)   bahwa “Mutu ialah ukuran baik jelek suatu benda, keadaan, taraf atau derajad (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya)”. baca juga pada bab sebelumnya ihwal supervisi https://secepat-speedy.blogspot.com//search?q=supervisi-akademik Deskripsi kutipan diatas sanggup disimpulkan bahwa p engertian mutu sanggup dilihat dari dua sisi, yaitu seginormatif   dan segi deskriptif, dalam artian normatif, mutu ditentukan berdas

Konsep Dasar Dalam Supervisi Pendidikan

KONSEP-KONSEP POKOK DALAM SUPERVISI 1.       Pengertian dan Fungsi Supervisi Supervisi Pendidikan; Dalam Carter Good’s Dictionary of Education ibarat oleh Oteng Sutisna (1983), supervisi didefinisikan sebagai: Segala sesuatu dari para pejabat sekolah yang diangkat yang diarahkan kepada penyediaan kepemimpinan bagi para guru dan tenaga pendidikan lain dalam perbaikan pengajaran, melihat stimulasi pertumbuhan professional dan perkembangan dari para guru, seleksi dan revisi tujuan-tujuan pendidikan, materi pengajaran, dan metode-metode mengajar, dan penilaian pengajaran.             S upervisi Pendidikan;   Kimball Wiles (1955) menyampaikan bahwa supervisi yakni santunan dalam pengembangan situasi berguru mengajar semoga memperoleh kondisi yang lebih baik.   Pengembangan mutakhir ihwal supervisi dikemukakan oleh Sergiovanni (1980) yang menyatakan bahwa supervisi bukan hanya dilakukan oleh pejabat yang sudah ditunjuk tetapi oleh seluruh personel yang ada di sekolah ( by the

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dalam Pembelajaran

Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif ; Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran ialah proses interaksi akseptor didik denganpendidik dan sumber berguru pada suatu lingkungan belajar. Guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami banyak sekali model pembelajaran yang sanggup merangsang kemampuan siswa untuk berguru dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem  pembelajarankooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ berguru kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini ialah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Falsafah yang mendasari  pembelajaran kooperatif (pembelajaran gotong roy

Pengertian Dan Teori Pembelajaran

Pengertian dan Teori Pembelajaran              Banyak definisi perihal belajar yang disampaikan oleh pakar-pakar pendidikan, yang ditulis Saiful Sagala (2005:12–13) antara lain sebagai berikut : Arthur T. Jersild menyatakan bahwa berguru yaitu “ modification of behavior through experience and training ” yaitu perubahan tingkah laris dalam pendidikan melalui dukungan pengalaman dan pelatihan, Morgan (1978) menyampaikan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laris yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Menurut Dimiyati dan Mujiono (1996), berguru merupakan tindakan dan sikap siswa yang kompleks, sebagai tindakan berguru yang hanya dialami sendiri, siswa yaitu penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar, dan berdasarkan Gagne (1984) berguru yaitu sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai jawaban dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret beropini bahwa berguru merupakan proses yang