Prestasi Dalam Pendidikan
Prestasi Dalam Pendidikan
Dalam Bahasa Indonesia Prestasi berarti hasil atau usaha. Menurut Buchori (1997: 85) prestasi yakni hasil yang berupa angka, aksara serta tindakan hasil berguru yang berupa angka atau hasil karya yang dicapai sanggup memotivasi semoga prestasinya lebih meningkat. Prestasi juga sanggup diartikan hasil yang diperoleh alasannya yakni adanya aktifitas berguru yang dilakukan. Seorang siswa yang mempunyai nilai akademik maupun non akademik dibanding teman-temannya yang biasa disebut siswa berprestasi. Dari uraian di atas sanggup diketahui bahwa prestasi yakni hasil yang dicapai alasannya yakni adanya aktifitas dan perjuangan yang sungguh-sungguh dalam berguru yang dinyatakan dalam angka atau huruf.
Menurut Nana Sudjana (1989:28) belajar yakni proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuatmelalui aneka macam pengalaman, melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Oemar Hamalik (1999:37) beropini berguru yakni suatu proses perubahan tingkah laris individu melalui interaksi dengan lingkungan. Sedangkan berdasarkan Gulo W (2004:8) berguru yakni suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah laris dalam berfikir, bersikap dan berbuat. Dari beberapa uraian diatas sanggup kita ketahui bahwa berguru yakni suatu proses perubahan tingkah laris yang diarahkan pada tujuan mengubah tingkah laris dalam berfikir, bersikap dan berbuat pada individu yang belajar. Jika demikian, apakah ciri-ciri perubahan tingkah laris dalam pengertian belajar? Perubahan tingkah laris yang dimaksud yakni :
1) Perubahan terjadi secara sadar
Prestasi Dalam Pendidikan; Seseorang yang berguru akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia mencicipi telah tejadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah. Makara perubahan tingkah laris yang terjadi alasannya yakni mabuk atau keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, alasannya yakni tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, alasannya yakni orang yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
2) Perubahan dalam berguru bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar
Prestasi Dalam Pendidikan: perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan mengakibatkan perubahan berikutnya dan akan mempunyai kegunaan bagi kehidupan ataupun proses berguru berikutnya. Misalnya jikalau seorang anak berguru menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak sanggup menulis menjadi sanggup menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia sanggup menulis indah, sanggup menulis dengan pulpen,dapat menulis dengan kapur, dan sebagainya. Di samping itu dengan kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia sanggup memperoleh kecakapan-kecakapan lain misalnya, sanggup menulis surat, menyalin catatan, mengerjakan soal-soal dan sebagainya.
3) Perubahan dalam berguru bersifat positif dan aktif
Prestasi Dalam Pendidikan; Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak perjuangan berguru itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan alasannya yakni perjuangan individu scndiri. Misalnya perubahan tingkah laris alasannya yakni perjuangan orang yang bersangkutan. Misalnya perubahan tingkah laris alasannya yakni proses
kematangan yang terjadi dengan sendirinya alasannya yakni dorongan diri dalam, tidak termasuk perubahan dalam belajar.
4) Perubahan dalam berguru bukan bersifat sementara
Prestasi Dalam Pendidikan; Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa ketika saja, menyerupai berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya, tidak sanggup digolongkan sebagai xxix perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi alasannya yakni proses berguru bersifat menetap dan permanen. Ini berarti bahwa tingkah laris yang terjadi sehabis berguru akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano sehabis belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih.
5) Perubahan dalam berguru bertujuan atau terarah
Prestasi Dalam Pendidikan; Ini berarti bahwa perubahan tingkah laris itu terjadi alasannya yakni ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan berguru terarah kepada perubahan tingkah laris yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang berguru mengetik, sebelumnya, sudah memutuskan apa yang mungkin sanggup dicapai dengan berguru mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian perbuatan berguru yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laris yang telah ditetapkannya.
6) Perubahan meliputi seluruh aspek tingkah laku
Prestasi Dalam Pendidikan; Perubahan yang diperoleh seseorang sehabis melalui suatu proses berguru meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang berguru sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laris secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan,
pengetahuan, dan sebagainya. Sebagai pola jikalau seorang anak tealah berguru naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak yakni keterampilan dalam naik sepeda itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan-perubahan lainnya menyerupai pemahaman wacana cara kerja sepeda, pengetahuan wacana jenis-jenis sepeda, pengetahuan wacana alat-alat sepeda, citacita untuk mempunyai sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda, dan sebagainya. Makara aspek perubahan yang satu bekerjasama akrab dengan aspek lainnya.
Jenis-jenis berguru pun bermacam-macam, antara lain :
1) Belajar penggalan (part learning, fractionet)
Prestasi Dalam Pendidikan; Umumnya berguru penggalan dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi berguru yang bersifat luas atau ekstensif, contohnya mempelajari gerakan-gerakan motoris menyerupai bermain silat. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain bangun sendiri. Sebagai lawan dari cara, berguru penggalan yakni cara berguru keseluruhan atau berguru global.
2) Belajar dengan wawasan (learning by insight)
Prestasi Dalam Pendidikan; Konsep ini diperkenalkan oleh W. Kohler, salah seorang tokoh psikologi Gestat pada permulaan tahun 1971. Sebagai suatu konsep, wawasan (insight) ini merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi berguru dan proses berfikir. Meskipun W. Kohler sendiri dalam menandakan wawasan berorientasi pada data yang bersifat tingkah laris (perkembangan yang lembut dalam menuntaskan suatu duduk perkara dan kemudian secara tiba-tiba terjadi reorganisasi tingkah laku) namun tidak urung wawasan ini merupakan konsep yang secara prinsipil ditentang oleh penganut aliran neobehaviorisme.
Menurut Gestalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola-pola tingkah laris yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laris yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan. Sedangkan bagi kaum neobehaviorisme (antara lain C.E Osgood) menganggap wawasan sebagai salah satu bentuk atau wujud dari asosiasi stimulus-respon (S-R).
3) Belajar diskriminatif (discrimicatif learning)
Prestasi Dalam Pendidikan; Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu perjuangan untuk menentukan beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Dengan pengertian ini maka dalam eksperimen, subjek diminta untuk berespon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang berlainan.
4) Belajar global/keseluruhan (global whole learning)
Disini materi pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang hingga pelajar menguasai: lawan dari berguru bagian. Metode berguru ini sering juga disebut metode Gestalt.
5) Belajar insidental (insidental learning)
Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa berguru itu selalu berarah-tujuan (intensional). Sebab dalam berguru incidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk balajar. Atas dasar ini maka untuk kepentingan penelitian, disusun perumusan operasional sebagai berikut: berguru disebut insidental bila tidak ada intruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi berguru yang akan diujikan kelak.
Dalam kehidupan sehari-hari, berguru incidental ini merupakan hal yang sangat penting. Oleh alasannya yakni itu di antara para ahli, berguru insidental ini merupakan topipembicaraan yang sangat menarik, khususnya sebagai bentuk berguru yang bertentangan dengan berguru intensional. Dari salah salu penelitian ditemukan bahwa dalam berguru insidental (dibandingkan dengan berguru intensional), jumlah frekuensi materi berguru yang diperlihatkan tidak memegang peranan penting, prestasi individu menurun dengan meningkatnya motivasi
6) Belajar Instrumental (instrumental learning)
Pada berguru instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh gejala yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan menerima hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh alasannya yakni itu cepat atau lambatnya seseorang berguru sanggup diatur dengan jalan menawarkan penguat (reinforcement) atas dasar tingkattingkat kebutuhan.
Dalam hal ini maka salah satu bentuk berguru instrumental yang khusus yakni “pembentukan tingkah laku”. Di sini individu diberi hadiah bila ia bertingkah laris sesuai dengan tingkah laris yang dikehendaki, dan sebaliknya ia dieksekusi bila menunjukkan tingkah laris yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Sehingga hasilnya akan terbentuk tingkah laris tertentu.
7) Belajar Intensional (intentional learning)
Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari berguru insidental.
8) Belajar Laten (latent learning)
Prestasi Dalam Pendidikan; Dalam berguru laten, perubahan-perubahan tingkah laris yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh alasannya yakni itu disebut laten. Selanjutnya eksperimen yang dilakukan terhadap hewan mengenai berguru laten, menjadikan pembicaraan yang hangat di kalangan penganut behaviorisme, khususnya mengenai peranan faktor penguat (reinforcement) dalam belajar.
Rupanya penguat dianggap oleh penganut behaviorisme ini bukan faktor atau kondisi yang harus ada dalam belajar. Dalam penelitian mengenai ingatan, berguru laten ini diakui memang ada yaitu dalam bentuk berguru insidental.
9) Belajar mental (mental learning)
Perubahan kemungkinan tingkah laris yang terjadi di sini tidak kasatmata terlihat, melainkan hanya perubahan proses kognitif alasannya yakni ada materi yang dipelajari. Ada tidaknya berguru mental ini sangat terperinci terlihat pada tugas-tugas yang sifatnya motoris. Sehingga perumusan operasional juga menjadi sangat berbeda. Ada yang mengartikan berguru mental sebagai berguru dengan cara melaksanakan observasi dari tingkah laris orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain dan lain-lain.
10) Belajar produktif (productive learning)
R. Bergius (1964) menawarkan arti berguru produktif sebagai berguru dengan transfer yang maksimum. Belajar yakni mengatur kemungkinan uatuk melaksanakan transfer tingkah laris dari satu situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu bisa mentrasfer prinsip menuntaskan satu duduk perkara dalam satu situasi ke situasi lain.
11) Belajar Verbal (verbal learning)
Belajar lisan yakni berguru mengenai materi lisan dengan melalui latihan dan ingatan. Dasar dari berguru lisan diperlihatkan dalam eksperimen klasik dari Ebbighaus. Sifat eksperimen ini meluas dari berguru asosiatif mengenai kekerabatan dua kata yang tidak
bermakna hingga pada berguru dengan wawasan mengenai penyelesaian duduk perkara yang harus diungkapkan secara verbal.
demikian ulasan singkat Prestasi Dalam Pendidikan semoga bermanfaat..............
demikian ulasan singkat Prestasi Dalam Pendidikan semoga bermanfaat..............
Komentar
Posting Komentar