Pemikiran Filsafat Ibnu Sina ( Fatwa Filsafat Perihal Jiwa )
PEMIKIRAN FILSAFAT IBNU SINA
Filsafat Jiwa Ibnu Sina selalu berbicara bahwa pentingnya pembahasan khusus terhadap pembahasan kejiwaan. sebagaimana yang sanggup kita lihat dari kitab-kitan khusus berkaitan dengan kejiwaan atau kitab - kitab yang berisikan banyak sekali macam problem filsafat. intinya tidaklah sulit untuk mencari dasar-dasr dari ajaran yang ihwal teori-teori kejiwaan, menyerupai para pakar filsafat Aristoteles, Galius ,Plotinus, terutama sekali hasil pemikiran dari Aristoteles yang dikalangan pelajar dijadikan sebagai sumber rujukan. Namun disisi lain Ibnu Sina mempunyai kepribadian tersendiri punya ajaran sendiri sebelumnya, baik dalam dari bahan pembahasan bidang fisika maupun dari teori pembahasan bidang metafisika.Dalam segi fisika,ibnu Sina menggunakan metode eksperimen dan mempunyai efek yang baik dalam bidang kedokteran. bidang metafisika terdapat kejelasan serta kedalaman, pembaharuan yang mengimbangai pendapatnya dengan para filosof modern. Pengaruh tokoh filsafat Islam ini, Ibnu Sina berbicara daam kaitannya dengan kejiwaan bukan suatu hal yang lemah tetapai sangat memberi makna sendiri bagi para filosof dan pelajar yang menekuni bidang filsafat, baik dikalangan Arab mulai semenjak kurun ke 10 Masehi hingga dengan pada selesai kurun ke 19 M. Pemikiran terpenting yang dihasilkan oleh tokoh filsafat Islam ini Ibnu Sina ialah falsafatnya berkaitan dengan kejiwaan. Sebagaimana hala nya tokoh filosof Ilsam lainya menyerupai Al-Farabi.pada konsepnya ajaran menyerupai ini tidaklah sama dengan ajaran para kaum sufi maupun kaum mu’tazilah. Bagi kaum sufi kemurnian tauhid mengandung arti bahwasanya hanya Tuhan yang mempunyai wujud. kalau ada yang lain yang mempunyai wujud hakiki disamping Tuhan, itu mengandung arti bahwa, adanya beberapa wujud, dan dengan demikian dikhawatirkan akan merusak tauhid. Oleh alasannya ialah itu mereka mengemukakan Tiada yang berwujud selain dari Allah swt. Semua selain dari itu pada hakikatnya tidak ada. Wujud yang selain dari itu merupakan wujud bayangan. kalau dibandingkan dengan pepohon dan bayangan yang ditibulkan dari pepeohonan tersebut, pada kosep sebenarnya mempunyai wujud ialah pohonnya, sedang bayangannya hanyalah gambar yang seakan – akan tidak pernah ada. Pendapat dan pemahaman inilah yang memperlihatkan suatu pendapat membawa pemahaman pada paham wahdat al-wujud (kesatuan wujud), dalam arti adanya wujud bayangan tersebut bergantung pada wujud yang mempunyai atau punya bayangan.Filsafat |
kaum Mu’tazilah berkaitan dengan pemunrian tauhid melihat pada penghapusan sifat – sifat Tuhan dan kaum sufi ke penghapusan wujud selain wujud Allah swt, oleh alasannya ialah itu kaum filosof Islam yang dipelopori al-Farabi, pergi ke faham emanasi atau al-faidh. mu’tazilah dan kaum sufi, al-Farabi berupaya meniadakan adanya arti banyak dalam diri Tuhan. Kalau Tuhan berkaitan eksklusif dengan 'alam yang susunannya teridri dari banyak unsur, banyak pendapat-pendapat yang muncul yang membuat ketidak murnian paham tauhid lagi. Menurut al-Farabi, Allah membuat alam melalui emanasi, bermakna bahwa wujud Tuhan melimpahkan wujud alam semesta ini. Emanasi ini terjadi melalui proses tafakkur (berfikir) Tuhan berkaitan dengan dzat-Nya yang menjadi prinsip dari peraturan dan kebaikan dalam alam. Dengan kata lain, berpikirnya Allah swt berkaitan dengan dzat- Nya ialah alasannya ialah dari adanya dunia dan semua alam ini. Dalam arti bahwa Ialah yang memberi wujud yang baka dari semua yang ada, Berfikirnya Allah berkaitan dengan dzat -Nya sebagaimana kata Sayyed Zayid, ialah ilmu Tuhan ihwal diri-Nya, dan ilmu itu merupakan al-Qudrah atau daya yang membuat segalanya, semoga sesuatu tercipta, cukup Tuhan mengetahuiNya. untuk mengetahui lebih lanjut ihwal pembahasan ini, silahkan membaca rujukan-rujukan berikut: Al-Ahwan, Ahmad Fuad, Filsafat Islam, Jakarta, Pustaka Firdaus, Al-Ghazali Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ahmad, al-Munqidz min al-Dlalah wa al-Muwassil ila dzi al-Izzah wa al-Jalal, Lebanon, Beirut,.,Tahafut al-Falasifah, Kairo, Mesir, Maktaba’ah al-Qahirah, Hanafi, Ahmad, MA, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta, Bulan Bintang, Syarif, MM., MA., Para Filosof Muslim, Bandung, Mizan,Thawil Akhyar Dasoeki, Sebuah Kompilasi Filsafat Islam, Semarang, Dina Utama Semarang.
Komentar
Posting Komentar